Bogor (17/04) Bulan Juli menjadi momen tanpa plastik, dimulai dari gerakan global yang berawal dari masyarakat sipil di Australia. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengurangi penggunaan plastik, serta dampak pencemaran dan mencari solusi berkelanjutan.
Produksi plastik global mencapai 380 juta ton per tahun saat ini, dengan setengahnya digunakan untuk barang sekali pakai. Sampah plastik diperkirakan akan tetap ada di bumi selama puluhan tahun. Lebih dari 10 juta ton plastik diperkirakan masuk ke lautan setiap tahunnya.
Masyarakat perlu memahami tentang konsep Extended Producer Responsibility (EPR), di mana produsen bertanggung jawab atas limbah plastik atau kemasan yang mereka hasilkan. Ini merupakan bentuk keterlibatan produsen dalam biaya pemulihan lingkungan. Dengan demikian, selain kesadaran masyarakat, ada tanggung jawab yang harus dipikul oleh produsen sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan sampah plastik sekali pakai.
Sebagai bagian dari solusi berkelanjutan untuk mengurangi dampak buruk dari penggunaan sampah plastik sekali pakai, program Urban Sustainability dari Rekam Nusantara dan Satgas Ciliwung mengajak masyarakat untuk memisahkan sampah berdasarkan jenisnya: plastik sekali pakai (single-layer atau kantong kresek), plastik double-layer, dan alumunium foil, serta memastikan dalam kondisi bersih dan kering. Tim Satgas Ciliwung akan mengumpulkan sampah-sampah ini dan mengirimkannya ke TPS3R Mekarwangi.
Selain itu, masyarakat perlu mengubah paradigma mereka dalam mengelola sampah, dari sekadar membuang kemasan ke tempat sampah menjadi menggunakan kemasan, memilah berdasarkan jenisnya, lalu mengirim atau memberikannya ke tempat pengolahan sampah, daur ulang, atau Bank Sampah.
Tujuannya adalah untuk menghindari kebocoran sampah ke sungai dan mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang semakin penuh. Gerakan ini diharapkan dapat diperluas secara lebih luas lagi untuk mencapai mimpi bersama ini.